Kamis, 21 April 2011

Pembagian Wilayah Desa


Pembagian Wilayah Desa

Desa Suruh terdiri dari  10 Dusun, 8 Kadusan, 11 RW dan 58 RT .

Dusun dan Kadusan
1.     Dusun Karangasem di pimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
2.     Dusun Pandean dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun (dirangkap Kadus Karangasem).
3.     Dusun Banggirejo  dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
4.     Dusun Sanggrahan dipimpin oleh  1 orang Kepala Dusun (dirangkap Kadus Banggirejo).
5.     Dusun Krajan dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
6.     Dusun Kauman dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
7.     Dusun Mesu dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
8.     Dusun Gundi dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
9.     Dusun Watu Agung dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
10.  Dusun Morangan dipimpin oleh 1 orang Kepala Dusun.
  
Pembagian RW dan RT
Ø  RW. 01 Dusun Karangasem  terdiri dari 5 RT.
Ø  RW. 02 Dusun Pandean terdiru dari 5 RT.
Ø  RW. 03 Dusun Banggirejo terdiri dari 5 RT.
Ø  RW. 04 Dusun Sanggrahan terdiri dari 4 RT.
Ø  RW. 05 Dusun Krajan terdiri dari 5 RT.
Ø  RW. 06 Dusun Kauman terdiri dari 5 RT.
Ø  RW. 07 Dusun Mesu terdiri dari 4 RT.
Ø  RW. 08 Dusun Gundi terdiri dari 11 RT.
Ø  RW. 09 Dusun Watu Agung terdiri dari 6 RT.
Ø  RW. 10 Dusun Morangan terdiri dari 4 RT.
Ø  RW.11 Dusun Morangan terdiri dari 4 RT.

Jumlah Penduduk Secara Umum


Jumlah Penduduk Secara Umum
Jumlah penduduk Desa Suruh per Januari 2011 tercatat sebanyak 7.641 jiwa dengan perincian sebagai berikut:
1.  Laki-laki                 :           3.843 jiwa
2.  Perempuan            :           3.898 jiwa

Bila dirata-rata kepadatan penduduk di Desa Suruh adalah 7.641 : 3,9997 = 1.911 jiwa per kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar tersebut  dapat merupakan potensi dalam ketenagakerjaan.

Sejarah Pemerintahan Desa


Sejarah Pemerintahan Desa

Penguasa / penjabat Kepala Desa setelah sepeninggal Raden Astra Wijaya ada beberapa orang, yang sampai saat ini setelah digali dari beberapa nara sumber belum diketahui namanya, sehingga dala uraian ini belum bisa ditulis nama-namanya. Tetapi dapat diketahui bahwa di wilayah Desa Suruh dahulu terdapat tiga Kademangan, yaitu :

1.  Kademangan Nggelapan (sekarang disebut Morangan)
2.  Kademangan Watu Agung
3.  Kademangan Suruh

Pada masa penjabat terdahulu nama-nama kademangan itu masih tetap. Namun setelah penjabat Kepala Desa dipegang oleh Ruslan, ketiga Kademangan itu dijadikan menjadi satu dengan sebutan Suruh. Sedangkan sebutan Kademangan yang ada dirubah menjadi dusun, yaitu Dusun Morangan dan Dusun Watu Agung.

Sejarah Desa

Sejarah  Desa

Pada jaman dahulu Desa Suruh masih berupa hutan belantara, namun sudah terdapat penduduk meskipun jumlahnya masih sedikit. Pada saat Belanda datang memerangi Surakarta dan Kartasura yang akhirnya diadakan perdamaian terdapat kerabat Keraton Surakarta yang menolak ketentuan yang disampaikan Pemerintah Belanda yaitu Raden Setiyo Manggala yang dikenal dengan nama Mbah Suruh disertai oleh puteranya  Raden Aji Manggala Putra beserta abdi dalem Raden Gus Kento Sastra yang dikenal dengan nama Mbah Wakil serta Raden Gus Kento Sahab. Karena rasa ingin segera mendapatkan tempat  sesuai dengan yang diinginkan, maka setelah berada di daerah inilah maka Raden Setiyo Manggala memberi nama Desa Suruh. Kemudian beliau bertempat tinggal di Dusun Pandean (sekarang),  sedang Raden Gus Kento Sastra bermukim di daerah Kauman RT 05 (sekarang), dan Raden Gus Kento Sahab bermukim di Banggirejo (sekarang).

Dalam perkembangan berikutnya Raden Setiyo Manggala membuat kios / warung sehingga berkembang pesat dan jadilah Pasar Suruh sekarang ini. Setelah penduduk semakin banyak beliau ingin mendirikan masjid yang terletak di Dusun pandean. Namun sebelum pondasi masjid selesai datanglah seorang Kyai agama yang bernama Raden Astra Wijaya yang dikenal dengan Kyai Encik Domo. Dari hasil musyawarah beliau berdua akhirnya disepakati  bahwa pendirian Masjid Suruh dipindah di wilayah Kauman (sekarang) dengan pengambilan air untuk keperluan masjid dari sumber mata air Naga Ngakak sekitar Sendang Kauman. Pada masa itu untuk kelangsungan perawatan masjid maka beliau membagi tugas pekerjaan, Raden Gus Kento sastro (Mbah Wakil) ditugasi untuk mengadakan tarikan restribusi pasar, saat itu yang ditarik bukan berujud uang tetapi hasil yang diperdagangkan dan selanjutnya dibagikan kepada warga sekitar yang kurang mampu atau muallaf. Sedang Raden Gus Kento Sahab diberi tugas sebagai pemberi penerangan kepada seluruh warga Desa Suruh.

Sebelum pembangunan masjid selesai Raden Setiyo Manggala wafat, dan selanjutnya putranya diasuh oleh Raden  Astra Wijaya. Pada masa kepemimpinan Raden Astra Wijaya, Raden Aji Manggala Putra sudah cukup dewasa dan diberi tugas oleh Raden Astra Wijaya untuk merencanakan penataan desa, sehingga seperti sekarang ini tata Desa Suruh. Setelah tata desa teratur maka Raden Astra Wijaya mendatangkan ahli-ahli di bidang teknologi sederhana saat itu untuk mempercepat laju pembangunan Desa Suruh. Ahli pertukangan kayu ditempatkan di Dusun Mesu, ahli kuningan ditempatkan di Dusun Kauman, ahli gerabah ditempatkan di Dusun Morangan,  ahli peralatan pertanian dan kemasan ditempatkan di Dusun Pandean.

Raden Aji Manggala Putra karena kehalusan budi pekerti dan santunnya maka disarankan untuk berganti nama dengan Kyai Abdul Karim. Raden Aji Mangala Putra berputera empat orang yaitu Hasan Arif, Muhammad Qirom, Muhammad Muchsin dan Roro Sireng.